EKSISTENSI KEBUDAYAAN MELAYU-ISLAM
DI TENGAH ARUS MULTIKULTURALISME ERA GLOBAL
A. Pendahuluan
Globalisasi menjadikan kebudayaan Barat sebagai trend kebudayaan dunia. Kebudayaan Barat yang didominasi budaya Amerika yang sarat dengan konsumerisme, hedonisme dan materialisme menjadi kebudayaan global dan kiblat bagi kebudayaan-kebudayaan di negara-negara berkembang. Budaya global ini melanda dunia ditandai dengan hegemonisasi gaya hidup (life style). Bersamaan dengan itu, era modern telah melahirkan banyak kreasi berbagai fasilitas untuk mempermudah memenuhi kebutuhan manusia. Fasilitas dan peralatan yang canggih hasil kreasi manusia itu mengalirkan nilai-nalai baru dari luar, yaitu peredaran dan pertukaran kebudayaan.
Dunia akan terus mengalami revolusi Four Ti (Technology, Telecomunication, Transportation, Tourism) yang memiliki globalizing force yang dominan sehingga batas antar daerah dan antar negara semakin kabur, dan akan tercipta sebuah global village. Hal ini menjadikan kebudayaan yang berkembang saat banyak meninggalkan rumus aslinya.
Kecanggihan media komunikasi dan informasi sebagai produk era modern telah mampu mentransfer kebudayaan ke seluruh penjuru denyut nadi kehidupan masyarakat global dengan sangat mudah dan cepat. Datangnya kebudayaan global tersebut menimbulkan akulturasi yang tidak jarang menghempaskan nilai-nilai kebudayaan asli (lokal) dari akarnya yang kemudian menggantikan eksistensinya. Padahal, kebudayaan asing ini terkadang tidak cocok atau bahkan bertentangan dengan nilai dan norma kebudayaan lokal.
Melihat kenyataan di atas, kebudayaan Melayu yang sangat kental dengan nilai-nilai Islam menghadapi tantangan yang sangat hebat. Arus multikulturalisme di era global bahkan bisa menjadi ancaman bagi eksistensi kebudayaan Melayu.
Masih relevankah hubungan integralistik antara kebudayaan Melayu dengan Islam di era global? Mampukah kebudayaan Melayu-Islam mempertahankan eksistensinya di tengah arus multikulturalisme era global? Bagaimana upaya penanggulangan terhadap tantangan eksistensi dan jati diri di tengah arus multikulturalisme era global? Tulisan ini akan mencoba permasalahan di atas secara singkat dan mencoba memberikan solusi yang tepat demi bertahan dan berkembangnya kebudayaan Melayu-Islam di tengah arus multikultural di era global sekarang dan di masa mendatang.
B. Arti Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata Globalisme, yakni paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang pantas untuk pengaruh politik. Selama proses tersebut berjalan, tentunya penuh dinamika yang menuntut setiap negara menata Rumah Tangganya seideal mungkin. Atas nama “tatanan dunia baru” itulah globalisasi dianggap menyatukan dunia dalam satu bingkai dan menghapuskan batas-batas geografis yang memisahkan antara negara satu dengan lainnya.
Menurut John Tom Linson dalam sebuah tulisan “Cultural Globalization: Placing and Displacing the West” sebagaimana dikutip oleh Amer Al-Roubaie mengintisarikan globalisasi sebagai berikut:
“Proses hubungan yang rumit antarmasyarakat yang luas dunia, antarbudaya, institusi dan individual. Globalisasi merupakan proses sosial yang mempersingkat waktu dan jarak dari pengurungan waktu yang diambil baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi dengan dipersingkatnya jarak dan waktu, dunia dilihat seakan-akan semakin mengecil dalam beberapa aspek, yang membuat hubungan manusia antara yang satu dengan yang lain semakin dekat.”
Globalisasai terjadi pada setiap negara, tidak ada satu organisasi atau satu negara pun yang mampu mengendalikannya. Simbol dari sistem global adalah luasnya jaringan. Akbar S. Ahmed dan Hastings memberi batasan bahwa globalisasi “pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi hal yang bisa dijangkau dengan mudah.
Teori globalisasi menandai dan menguji munculnya suatu sistem budaya global terjadi karena berbagai perkembangan sosial dan budaya, seperti adanya sistem satelit dunia, penggalian gaya hidup kosmopolitan, munculnya pola konsumsi dan konsumerisme global, munculnya even-even olahraga internasional, penyebaran dunia pariwisata, menurunnya kedaulatan negara bangsa, timbulnya sistem militer global (baik dalam bentuk peace keeping force, pasukan multinasional maupun pakta pertahanan regional dan lain-lain), pengakuan tentang terjadinya krisis lingkungan dunia, berkembangnya problem-problem kesehatan berskala dunia (seperti AIDS), munculnya lembaga-lembaga politik dunia (seperti PBB), munculnya gerakan-gerakan politik global, perluasan konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia dan interaksi rumit antara berbagai agama dunia.
5.09.2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment